A letter to Austin

Surat untuk Austin yang tinggal di Austin

Seingatku, satu hari setelah sidang skripsi, aku pergi ke Gramedia. Saat itulah aku berkenalan dengan Austin Kleon. Tentu saja, hanya berkenalan dengan karyanya. Buku berjudul Steal Like An Artist, atau dalam Bahasa Indonesia bisa diartikan sebagai Mencuri Bagai Seniman, adalah buku Austin yang kubeli dan kubaca pertama kali. Puas dengan isi bukunya, aku lalu melahap hampir semua karya tulisnya (kecuali Newspaper Blackout).

Sering aku menyebut namanya dan judul buku-bukunya di tulisan blog atau saat merekam podcast. Sebegitunya aku terinspirasi oleh tulisan-tulisannya.

Satu pelajaran penting yang dia berikan padaku: jangan berhenti membuat sesuatu yang mengenyangkan hati.

Hanya itu caraku satu-satunya untuk tetap hidup. Hidup dalam artian paripurna. Jika boleh aku mengutip satu kata dari Nietzsche: Übermensch.

Aku tetap menulis, tetap belajar memprogram, tetap merekam podcast, tetap membuat apapun. Semuanya tidak lepas dari energi yang disalurkan Austin melalui tulisan-tulisannya.

Hari ini, 16 Februari 2021, aku baru saja mengirim surat elektronik padanya. Aku mencoba menggapainya. Aku berterimakasih padanya. Aku sedikit menyanjungnya. Aku meminta izin padanya untuk menerjemahkan beberapa artikel singkat yang ada di situs web personalnya, untuk aku masukkan ke zine ini, atau zine yang lain.

Pertama kalinya aku menulis surat untuk seorang seniman. Pertama kalinya aku menulis surat untuk seseorang yang menginspirasi.

Thanks, Austin.

Last updated